Jumat, 01 November 2013

Keajaiban Kata Sabar

Apakah ada keajaiban sabar? Apakah benar dengan bersabar, hidup kita menjadi lebih tenang? Lalu, apa bezanya sabar dengan pasrah? Mengapa kita harus bersabar, sementara kita masih punya kemampuan untuk berbuat sesuatu?

Soalan-soalan itu sering menganggu fikiran saya. Tidak mudah untuk menjawabnya, kerana saya bukanlah seorang ustaz, kyai, atau perenung yang boleh mendapatkan jawapan setelah sekian lama berdiam dan menyendiri. Saya hanyalah orang awam yang sedang mencari jawapan dari pelbagai soalan di atas.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, penulis pelbagai kitab dan murid dari Ibnu Taimiyah, sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarh yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa yang dapat mencegah dengannya akan tegak dan baik segala perkara.

Ternyata, sabar tidak sama dengan pasrah. Pasrah ertinya berputus asa, sedangkan sabar bererti menerima keadaan yang ada tetapi tetap semangat dan tetap berusaha. Sabar identik dengan bagaimana cara memendam amarah yang menggelegak. Sabar juga sama artinya dengan menjaga mulut dari perkataan kotor, pembicaraan yang tidak perlu serta menunjukkan kemarahan. Terus terang, belum satupun boleh saya lakukan.

Tidak hanya itu, sabar juga boleh diertikan sebagai kuat pendirian untuk tidak berbuat maksiat, dan menghindarinya sejauh mungkin. Dalam hal ini, kita dituntut bersabar dalam berpegang pada kebenaran ajaran agama. Bukan menyelewengkannya untuk kepentingan kelompok atau peribadi.

Dari Suhaib ra, bahawa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, kerana segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin, iaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, kerana (ia mengetahui) bahawa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, kerana (ia mengetahui) bahawa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. "(HR Muslim)

Menurut para ahli tafsir, yang menarik dari hadis tersebut adalah setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang mempunyai pesona, yang digambarkan dengan istilah 'ajaban'. Lalu, mengapa dan di mana pesona itu boleh ditemui?

Pesona muncul dari sikap seseorang dalam menyikapi segala sesuatu. Ia sentiasa berprasangka baik, husnuzhon, dan positive thinking terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah SWT. Ketika mendapatkan kebaikan, ia reflesikan dalam bentuk syukur, dan ketika mendapat musibah, ia bersabar. Segala sesuatu yang ia terima dianggap sebagai kurnia, anugerah Allah yang tiada banding. Ia percaya bahawa Allah tidak memberikan sesuatu kepadanya kecuali hal tersebut positif baginya.

Begitu pula saat mendapatkan musibah ia akan bersabar, kerana ia yakin, di balik musibah dan cubaan tersebut ada rahsia kebaikan di dalamnya. Ia lebih memilih bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah daripada menyalahkan Sang Kholik. Mungkin kadang-kadang ada orang mengeluh Allah tidak adil, dan mengapa harus mengalami pelbagai cabaran.

Kesabaran juga membuat kita tidak berputus asa sampai menginginkan kematian. Jika memang keadaan membuatnya terpaksa maka hendaklah ia berdoa kepada Allah untuk meminta yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Hal ini terdapat dalam salah satu hadis. Dari Anas bin Malik ra, bahawa Rasulullah saw bersabda,

"Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian kerana musibah yang menimpanya. Dan sekirana ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku. "(HR Bukhari dan Muslim)

Kamis, 31 Oktober 2013

Pengaruh Bahasa Gaul Remaja terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul.
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

Jumat, 25 Oktober 2013

first :)

blog ini free buat siapa aja yang mau liat. semoga kalian tidak bosan dengan isinya.. :)